Hindu, Aku Kembali Padamu (3)


Lanjutan Dari :

Awal juli 2011 poeper memberitahuku sebentar lagi hari raya galungan dan kuningan. Perasaanku masih bimbang ikut apa tidak ya??? Tapi aku sudah ada niatan untuk membeli kebaya lagi meskipun entah nantinya akan aku buat apa, karena memang saat itu aku belum yakin sepenuhnya memilih hindu sebagai jalanku. Tepat tanggal 16 juli 2011, hari raya kuningan berlangsung. sebenarnya sebelumya sudah merayakan hari raya galungan 10 hari sebelum kuningan. Tapi aku berhalangan hadir.

Ini pertama kali aku mengikuti persembahyangan di pura giri nata dengan memakai kebaya yang aku beli sebelum hari raya galungan dan kuningan. Aku merasa percaya diri dengan kebaya yang aku pakai. Tapi jujur aku masih merasa bingung juga karena masih merasa belum terbiasa. Dan aku juga belum mendapat kepastian dari pilihanku.
Selang lima bulan kemudian, aku serasa benar-benar merasa Tuhan menyayangiku.

Aku serasa mendapat jawaban atas pencarianku selama ini, mungkin ini petunjuk bagiku agar aku bisa memantapkan hati untuk memilih keyakinanku. Tepat tanggal 08 oktober 2011 aku bermimpi, didalam mimpi tersebut aku serasa hendak masuk ke suatu pura seperti pura besakih karena puranya hampir menyerupai besakih. Aku berjalan menuju tempat di depan pintu pura , tiba-tiba ada ibu-ibu yang bertanya padaku ' dek mau sembahyang ya??? Aku menjawab ' sebenarnya saya ingin sembahyang bu tapi lupa tidak membawa pakaian adat' , karena dalam mimpiku aku masih mengenakan kaos warna putih dan jeans panjang. Saya turun dari tangga untuk kembali pulang mengambil pakaian adat.

Tiba-tiba arah yang aku tuju bukan kearah rumahku, tapi aku masuk di suatu tempat yang sedikit agak petang. Ternyata aku masuk di suatu rumah yang tak sengaja aku melihat ada lukisan dibingkai warna emas dengan gambar tokoh pewayangan 'SEMAR'(disebut sebagai Sang Hyang Ismaya, tokoh filosofi Jawa) yang background gambarnya berwarna merah. Aku lihat terus gambar semar itu, sampai aku merasa ada keanehan dengan gambar itu. Merasakan semar itu mau berbicara padaku, serasa ada sesuatu yang ingin disampaikan.



Tapi aku terkejut dengan adanya bapak-bapak yang menghampiriku dan bertanya secara langsung kepadaku 'Nduk kamu agamanya apa?? Saya jawab ' saya beragama hindu pak', bapak-bapak itu kembali bertanya padaku ' kamu baru ya jadi hindu???' saya kaget dengan perasaan bingung, tapi saya menjawab 'iya' dengan sedikit malu dan takut, bapak itu bertanya lagi ' kenapa kamu memilih beragama hindu???? saya menjawab dengan tegas ' karena saya mencari Tuhan yang mencintai semua mahkluk, tidak seperti ajaran saya terdahulu yang selalu mengisi pikiran saya dengan doktrin yang semakin hari membuatku takut'.

tepat jam 08.05 WIB aku terbangun dengan perasaan yang sangat terharu dan sedikit takut. Memang saat itu bangunku kesiangan, aku terlalu menikmati mimpi itu. Kenapa aku bermimpi seperti itu, aku berfikir apakah semua ini petunjuk untukku??? Aku menyimpulkan makna mimpiku itu, aku akan diberi petunjuk kalau aku memang akan sembahyang dipura, dipikiranku petunjuk apakah itu?? apakah aku harus pergi ke besakih?? Karena yang terlihat pura itu menyerupai besakih. Dan Sesosok Tokoh pewayangan Semar, tokoh yang sangat arif dan bijaksana.

Apakah aku harus bisa memilih pilihanku secara bijaksana seperti halnya sifat yang dimiliki oleh tokoh Semar ????. Aku bertanya-tanya kembali, Apakah mungkin makna mimpiku seperti itu??? serta bapak-bapak yang bertanya tentang keyakinanku itu, apa menunjukkan kalau aku memang yakin dengan pilihanku itu. Apakah ini jawaban dari semua perjalanku selama ini. Aku teringat kembali sloka bagawad gita (4:11).

Aku merasa ada semangat, merasakan ada keajaiban yang membuatku sangat yakin dengan jalan yang aku pilih ini. Pertama kali aku mendapatkan mimpi yang bagiku adalah suatu anugrah dari Sang hyang Widhi. Aku menangis terharu, dalam hatiku 'Sang Hyang Widhi terimakasih atas jawaban yang engkau berikan kepadaku' Aku tak banyak bertanya-tanya lagi akan makna dari mimpi itu, karena bagiku memang semua sudah jelas itu petunjuk Sang Hyang Widhi untuk memantapkan pilihanku.Tanpa ragu aku benar-benar memutuskan untuk meyakini kalau agamaku sekarang hindu. Aku berfikir ini adalah awal dimana aku memulai menuju jalan hidupku. Jadi apapun yang akan terjadi aku akan tetap mempertahankan demi keyakinanku. Aku siap apapun konsekuensinya.

Saat itu aku tak berani bercerita kepada kedua orang tuaku. Hanya poeperlah yang aku ajak sharing tentang mimpi indahku itu. Perasaan bahagia bercampur terharu, aku berfikir 'Sang Hyang Widhi memang sangat menyayangiku'. Aku mencoba membuka FBku dan update status, karena ingin berbagi apa yang aku rasakan saat itu. Tapi tanpa diduga banyak sekali yang koment tentang apa yg aku rasakan saat itu. Tak sedikitpun dapat tanggapan bagus, banyak pro dan kontra. Terutama sahabat-sahabatku semasa SMA, mereka menentangku mentah-mentah kalau aku dilarang untuk masuk hindu.

Sampai-sampai aku mendapat cacian dan sikap yang tidak mengenakkan. Sempat juga aku diajak debat oleh salah satu temanku yang beragama islam dia begitu fanatik terhadap agama lain. Sebut saja dia 'Mr. A'. Dia mengejekku aku kafir, karena keluar dari agama islam. Dia berusaha ngajak ngobrol aku, 'Mr.A' sedang berusaha mempengaruhiku untuk bisa kembali ke agama islam. Dia bilang kepadaku 'Allah tidak akan memaafkanmu karena kamu sekarang kafir jadi cepatlah kembali keislam, aku jawab 'kenapa kamu bisa berkata seperti itu padaku???? Emang kamu tahu hakikat Tuhan dalam agamamu??? 'Mr.A balik menjawab 'jelas tahu'. Kamu sudah menjadi kafir, jadi Allah akan menghukummu dineraka kelak, aku menjawab 'Bagiku yang hanya bisa menghukum aku adalah perbuatanku sendiri yang aku lakukan dikehidupan terdahulu, sekarang dan dikehidupan mendatang.

'Mr.A' malah gak bisa jawab, malah kembali menjugde 'hindu menyembah berhala dan selalu menggunakan dupa dan bunga untuk sembahyang, benar-benar memuja setan ' aku teringat pernyataan ini, karena aku dulu juga sempat berfikir seperti itu, aku kembali menjawab 'Bagiku hindu tidak menyembah patung, karena Tuhan selalu ada dalam setiap jiwa manusia itu sendiri. Kalau memang kamu menganggap hindu menyembah patung apakah di islam juga sama halnya dengan anggapan kamu menyembah berhala??? Lihat saja ka’bah yang berdiri kokoh di mekkah itu juga terbuat dari batu. Umat muslim begitu memujanya, menciumi batu hajar aswat, apakah itu bukan dianggap berhala.

si Mr.A hanya diam, aku menjawab kembali Sedangkan dupa dan bunga digunakan untuk sembahyang itu adalah sebagai simbol upasaksi, atau sang penyaksi dari sembahyang yang umat hindu lakukan meyakini simbol dari sinar sucinya Tuhan, eh jangan salah nanti para penghuni surgamu juga akan mempunyai pedupaan yang dibuat dari kayu gahara (keterangan dari Abu Hurairah r.a). Aku menjawab lagi ketika dia tak bisa jawab' aku asalnya islam friend , jadi aku sudah bisa bandingkan mana yang baik untuk diriku mana yang buruk pula untuk diriku, jadi tak perlu kamu menjudge aku seperti itu. belum tentu apa yang kamu lakukan baik di mata Tuhan. Akhirnya si Mr.A tak bisa menjawab lagi. Dan pergi dengan nada kasar. Batinku ' sukurin lu, niat ngajak debat malah gak bisa jawab'. Hehhehehe....

Keesokkan harinya tepat minggu kliwon, aku ingin sekali mengikuti persembahyangan kliwon. Akhrinya poeper mengajakku ke pura giri nata untuk kedua kalinya. Tapi dalam kesempatan ini aku masuk pura merasakan ada sesuatu yang sangat berbeda. Aku merasakan kedamaian dan ketenangan dalam hatiku. Serasa masuk dirumahku sendiri, serasa iklas dengan penuh kesadaran. Berbeda ketika aku mengikuti hari raya kuningan 16 juli 2011 yang lalu, ketika belum memahami arti menjadi hindu. Bagiku ini benar-benar anugerah dari Sang Hyang Widhi.

Sejak saat itu aku mulai membentuk keyakinanku dengan penuh bhakti kepada Sang Hyang Widhi. Aku semakin membentuk pribadiku semakin religius. Aku merasa semakin hari semakin dekat dengan Tuhan. serasa sudah menemukan jati diriku. Setiap masuk hari kliwon dan purnama aku selalu ikut persembahyangan, rasanya sangat bersemangat sekali untuk mengikutinya. Rasa minder ku sedikit demi sedikit mulai menghilang. Aku memberanikan diri untuk sembahyang sendiri dipura tanpa ada poeper ataupun orang tua poeper.

Aku sudah berprinsip 'masak mau sembahyang harus ada yang menemani'. Meskipun tidak ada yang menemani, Sang Hyang Widhi selalu menemani dimanapun aku berada.
Berjalannya waktu, aku menyampaikan keinginanku pada poeper kalau aku ingin segera di 'Sudhi Wadani'. Poeper pun menyampaikan ke orang tuanya, tapi katanya menunggu kalau pas 'Pawiwahan' saja. Sebenarnya keinginanku sudah menggebu-gebu. Karena aku sudah memiliki jiwa militan terhadap hindu. Berhubung sudhi wadani butuh biaya banyak, aku berusaha bersabar. Merasakan kedamaian itu sudah merasa cukup.

Sejak itu orang tuaku tidak tahu jalan pilihanku ini, aku merahasiakannya didepan orang tuaku. Karena dengan aku diam orang tuaku tidak akan marah padaku. Aku berusaha selalu bersikap biasa di depan orang tuaku, dan orang tuaku juga tak merasa ada perbedaan padaku. Aku juga berusaha menjaga ini semua. Karena bagiku ini bukan waktu yang tepat untuk aku sampaikan ke orang tuaku.

Tepat memasuki pertengahan oktober gempa menimpa pulau Bali. Bertepatan kedua orang tuaku mendapatkan pekerjaan di Bali. Aku sangat mengkhawatirkan keadaan kedua orang tuaku. Aku sangat bersyukur orang tuaku masih dilindungi oleh Tuhan. Tapi entah dapat cobaan apalagi menimpa keluargaku tanggal 19 oktober 2011 tepatnya pukul 18.30 WITA, aku mendapat berita yang membuat aku terpukul sekali. Aku diberitahu Ibuku kalau ayahku mengalami kecelakaan di Denpasar, tapi tempat kejadian kecelakaan ayahku jauh dengan tempat kerjanya. Ayahku ditabrak oleh penduduk asli bali. Aku tak bisa menahan kegelisahan memikirkan ayahku.

Ayahku dirawat di RS Sanglah Denpasar. Ketika dirawat di RS tersebut dalam waktu tiga hari ayahku sudah dipulangkan oleh dokter. Aku heran kenapa dalam waktu secepat itu ayahku sudah dipulangkan. Dilihat dari hasil rontgen dan cityscan tak ada tanda-tanda apapun. Tapi keadaan ayahku melemah. Entah apa yang dikeluhkan ayahku. Serasa ada kekuatan magis yang mempengaruhi keadaan ayahku. Konsentrasiku terhadap kuliah mulai terbengkalai lagi. Serasa aku ingin menyusul ayahku di Bali, tapi serasa tidak mungkin karena bertepatan dengan waktu PPL (Praktek Pengalaman Lapangan) ku. Memasuki awal november keadaan ayahku bukannya tambah membaik, tapi semakin memburuk saja. Akhirnya ayahku meminta paksa pulang ke Jawa. Didalam perjalanan keadaan ayahku semakin drop. Ibuku merasa tak kuat melihat keadaan ayahku, sampai akhirnya dimasukkan di RS swasta.

Untungnya RS tersebut tidaak terlalu jauh dari rumahku. Jadi aku bisa jenguk ayahku secepatnya. Sudah satu minggu ayahku di rawat di RS tersebut tapi keadaan ayahku semakin parah saja. Aku pasrahkan kepada Sang Hyang Widhi, jika memang saat ini ayahku akan di ambil , ambilah. Jangan siksa ayah ku seperti ini. Ayahku merasakan kesakitan hebat di bagian kepala dan pinggangnya.

Sampai akhirnya ayahku di rujuk Di RS. Kristen Surabaya, kebetulan kakak tiriku bekerja di RS tersebut. Setelah di cek ternyata ayahku mengalami keretakan pada tengkorak kepala dan pendarahan ginjal yang sampai membuat ginjal kirinya rusak. Aku tak bisa membayangkan bagaimana sakitnya. Tapi aku berusaha berdoa sebisaku. Aku duduk di samping ayahku ,aku tenangkan ayahku dengan aku usap pelan-pelan pinggang ayahku dengan doa 'mantram gayatri' aku ucap pelan-pelan dengan penuh keyakinan sampai ayahku berhenti merasakan kesakitan itu. dengan pelan-pelan pula ayahku tertidur. Aku menangis terharu didekat ayahku Aku bersyukur 'Astungkara' terimakasih Sang Hyang Widhi atas kuasamu, ini keajaiban yang sangat berharga untukku dan nyawa ayahku.

Memasuki waktu hampir satu minggu aku tidak mengunjungi ayahku karena memang aku harus membagi waktuku dengan kuliah dan PKL ku. Keadaan ayahku semakin membaik dibanding dengan keadaan sebelumnya, tapi masih belum diperbolehkan untuk pulang. Semenjak aku berada dirumah aku bersembahyang sebisaku. Setiap malam tepat jam 00.00 WIB aku mulai menyalakan dupa bergegas sembahyang. Aku memohon maaf atas setiap apa yang aku lakukan, mendoakan agar ayahku agar diberi kesembuhan.

Aku duduk didepan dupa yang aku nyalakan, aku mulai merenungi kejadian demi kejadian yang menimpa keluargaku. Aku berfikir semua ini memang karma masa lalu yang menimpa keluargaku. Tapi aku mulai befikir, memang benar keajaiban terletak pada keyakinanku 'mantram gayatri' adalah penuntun segalanya. Aku menangis tak tertahan. Aku terharu 'betapa indahnya karuniamu Sang Hyang widhi atas keyakinan yang aku peroleh saat ini' ucapan syukur aku ucapkan berkali-kali dengan sedikit terisak-isak. Hampir dua jam aku duduk di depan dupa , waktu beranjak pukul 02.00 WIB , aku beranjak tidur karena harus bangun pagi.

Genap tiga minggu ayahku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter, karena keadaan ayahku sudah cukup baik. Satu yang aku ingat saat itu yang keadaan ayahku masih tak memungkinkan untuk bisa bertahan hidup tapi ini benar-benar suatu keajaiban. Aku hampir tak percaya , dalam hatiku adalah ini anugrah Sang hyang Widhi yang sudah mengabulkan doaku melalui 'gayatri mantram'.

Sejak saat itu pula ayahku berhenti kerja sampai sekarang. Tapi aku sangat bersyukur masih bisa melihat ayahku dan ibuku. Aku melihat ada kedamaian dalam keluargaku yang sebelumnya belum pernah aku dapatkan langsung dilingkungan keluargaku. Aku mulai senang bisa berkumpul lagi bersama orang tuaku. Orang tuaku memutuskan dirumah saja menemani aku dan saudaraku.

Aku tetap menjalankan prinsipku dengan kehinduanku. Aku tetap menjalankan sembahyang seiklas aku menjalaninya, tanpa merasa ada paksaan dalam hatiku. Awalnya aku sembahyang di rumahku sendiri tidak berani memakai dupa, karena aku masih menghargai keluargaku dan orang disekitar rumahku. Takutnya punya pikiran macam-macam. Tapi sebulan kemudian aku memberanikan diri untuk sembahyang memakai dupa, setelah sembahyang dupa aku matikan. Dan tak ada yang komplain ketika itu. keluargaku tak ada rasa curiga apapun padaku terutama orang tuaku. Mungkin orang tuaku sudah tahu apa yang aku lakukan mereka diam saja, dan berusaha menerima apa yang aku lakukan. Orang tuaku juga tidak pernah mengingatkan aku sholat seperti halnya yang pernah dilakukannya padaku. Aku sedikit lega ketika orang tuaku bersikap seperti itu.

Mungkin dalam benak orang tuaku ,'sudah tak patut jika aku memaksakan kehendak anakku'. Tapi orang tuaku tak pernah mengajakku berbicara masalah keyakinaku. Serasa semua ini tak di permasalahkan. Aku merasa semuanya memang rencana Tuhan, tak lupa aku ucap syukur kepada Sang Hyang Widhi.

Menjelang hari natal tiba, bertepatan kuliahku libur tanggal 22 Desember 2011 aku minta izin orang tuaku untuk berlibur ke klaten jateng, tempat poeper kuliah. Rencana nya poeper mengajakku tirta yatra ke Candi Cetho yang terletak di dusun Ceto Desa Gumeng Kecamatan Jenawi Kabupaten Karanganyar jawa tengah. Aku begitu sangat antusias sekali karena baru pertama kali juga aku berwisata religi. Keesokkan harinya tepat Jam 07.00 WIB Aku bergegas siap-siap menuju lokasi tirta yatra.

Cuaca saat itu begitu sangat cerah menggambarkan situasi hatiku. Kurang lebih 2,5 jam perjalanan akhirnya aku dan poeper sampai candi cetho. Di daerah candi cetho aku merasakan suasana pedesaan yang sangat alami, benar-benar melihat kuasa Sang Hyang Widhi. Aku terheran-heran bagaimana para leluhurku ini bisa membuat candi cetho ini, hampir pada ketinggian 1400m diatas permukaan laut. Benar-benar luar biasa. Aku terkagum-kagum dengan suasana itu. Sebenarnya aku ingin sembahyang di candi cetho tersebut, tapi berhubung aku sedang cuntaka aku berusaha minta izin pada para leluhur kalau tujuanku baik, hanya ingin melihat keindahan yang sudah di buat oleh para leluhur. Aku berfoto-foto mengahabiskan waktuku disana.

Aku merasakan kedamaian berada disana. Rasanya aku tak ingin pulang. Aku merasa sudah betah tinggal disana. Tak ada halangan apapun ketika aku berada disana, karena aku berfikir' aku sudah izin kepada leluhurku, dan berdoa kepada sang hyang widhi. semua ini aku lakukan karena semata-mata aku ingin berbhakti kepada leluhurku'. Tak terasa waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, aku dan poeper memutuskan untuk lanjut ke perjalananku selanjutnya, ke situs Menggung. Situs ini adalah tempat moksa-nya Raja Majapahit terakhir – Prabu Brawijaya V. Didalam perjalananku menuju situs menggung ada keajaiban. Mendung sangat tebal menyelimuti perjalananku dan poeper. Aku serasa tampak panik, dalam hatiku 'sebentar lagi hujan akan turun', poeper berkata padaku ' kita lanjut perjalanan atau pulang saja', aku bingung.

Tapi aku merasa tetap ingin ke sana (situs menggung). Gerimis sudah mulai turun, perjalanan tetap aku lanjutkan dengan poeper sembari berfikir. Akhirnya aku bilang ke poeper,'kita lanjut perjalanan saja'. Didalam perjalanan aku berdoa, aku memohon izin kepada Sang Hyang Widhi agar merestui tujuan spiritualku ini'. Aku mengucap gayatri mantram tanpa henti, sampai ditengah-tengah perjalanan aku merasakan ada keajaiban datang menghampiriku. Beberapa menit yang lalu mendung begitu serasa mau jatuh, hanya tinggal meneteskan titik air hujan yang sangat deras. Tapi apa yang aku dapat, tenyata cuaca pun berubah berganti cerah seakan tak ada mendung sedikitpun. Aku sangat bersyukur sekali kepada Sang Hyang Widhi atas izinnya. Dengan penuh semangat akhirnya akupun tiba ditempat tujuan.

Rasa mistisnya pun terasa, aku tak berani masuk di situs menggung karena aku sedang cuntaka. Akhirnya poeper memutuskan untuk masuk sendiri dan sembahyang disana. Selang beberapa menit poeper keluar dan mengajakku untuk masuk meskipun aku sedang cuntaka. Aku tetap tak mau karena aku takut terjadi hal yang tidak-tidak. Dengan perasaan tak menentu akhirnya aku menuruti apa yang di minta poeper, tapi sebelum masuk poeper mengingatkan aku kalau harus izin dahulu. Tepat diatas tangga situs menggung dalam hati aku berkata,

' om swastyastu, aku pasrahkan semua ini kepada mu Sang Hyang Widhi. Aku tak ada niatan apa-apa selain mengingat akan kuasamu. Semoga tidak terjadi apa-apa. Dan mohon maaf untuk leluhurku, mohon izinkan aku dengan keadaan tidak sucianku ini masuk untuk melihat peninggalanmu. Astungkara. Dengan keadaan pasrah dan yakin aku mulai memasukinya. Aku benar-benar merasakan rasa mistis yang begitu sangat kental. Dalam waktu 5 menit aku memutuskan untuk keluar dari area, aku merasa tidak kuat. Aku merasa ini sudah cukup, terpenting aku sudah bisa melihat peninggalan leluhurku. Waktu menunjukkan pukul 14.00 WIB aku dan poeper memutuskan untuk pulang ke Kediri Jawa timur. Dengan perasaan senang dan ucapan syukur 'Awignam astu' akhirnya rasa capek ku terbayar sudah dengan kegembiraanku bisa mengunjungi peninggalan leluhur di Jawa tengah.


Aku sangat bersyukur dengan kedamaian yang aku peroleh saat itu. Aku benar-benar berterimakasih kepada Sang Hyang Widhi atas karma yang aku terima dikehidupanku ini. Aku bersyukur bisa kembali ke jalan dharma. Aku sempat berbicara dengan poeper 'Apapun yang terjadi aku akan tetap mempertahankan kehinduanku. Karena Sang Hyang Widhi sudah memberikan jawaban untukku yang belum tentu orang lain dapatkan'. Aku berdesir ketika mengatakan itu. aku merasa ada semangat baru dalam diriku.

Memasuki awal tahun 2012 aku merasakan menjadi manusia baru. Merasakan penuh semangat untuk menjalani hindupku menuju jalan dharma. Aku berdoa kepada Sang Hyang Widhi agar selalu memberikan waranugraha kepadaku.
Aku sudah mulai masuk semester VIII (semester akhir) dimana aku harus memperjuangkan masa depanku. Aku merasa disibukkan dengan tugas akhirku.

Semua ini juga kadang membuat aku sempat putus asa, tapi aku berusaha bangkit dari semua ini. Aku merasa harus lebih bersyukur dengan semua ini. Bagiku Sang Hyang Widhi akan selalu bersamaku. Keluargaku, keluarga poeper dan poeper selalu memberiku semangat untuk bisa menyelesaikan ini semua. Aku sangat bersyukur dengan kehidupan yang sekarang ini. Aku merasa menemukan rumah baruku, memang inilah jalanku.

Memasuki bulan ke 3 , maret 2012 bulan yang begitu aku nantikan. Aku benar-benar menunggu moment seperti tahun kemarin. Karena mengingat bulan maret adalah bulan menyambut hari raya nyepi tahun baru caka 1934. Bertepatan dengan banyaknya kegiatan kampusku. Jadwal sudah terlihat jelas semuanya berbenturan dengan acara melasti dan perayaan nyepi. Aku berharap ada keajaiban dibulan maret ini untukku, mengingat aku belum pernah merayakan nyepi secara langsung di pura bersama poeper dan keluarganya. Aku berdoa semoga Sang Hyang Widhi benar-benar mengabulkan keinginanku.

Bulan maret bagiku sangat istimewa, tanpa aku sadari awal maret adalah awal aku dapat keajaiban itu. tepat tanggal 03 Maret 2012 ibuku berbicara padaku masalah keyakinanku. Ibuku berkata padaku ' Ibu sudah tahu keyakinan yang kamu pilih, ayah dan ibu tidak mempermasalahkan semua itu, terpenting kamu bisa bertanggung jawab dengan pilihanmu itu'. Hatiku benar-benar bedesir mendapatkan lampu hijau dari orang tuaku. aku sangat senang sekali.

Kembali ke kegiatan kampusku, aku berharap dibulan maret adalah hari yang membahagiakan untukku. Mungkin ini sudah menjadi bagian dari rencana ku awal, dan Sang Hyang Widhi mengabulkan doaku sedikit demi sedikit. Jadwal kampus yang awalnya berbenturan dengan perayaan nyepi. Awalnya tanggal 18 , 24 dan 25 maret 2012 adalah jadwal yang ditentukan kampus yang wajib diikuti mahasiswa semester VIII, karena memang tanggal 18 maret adalah acara untuk melasti di bendungan siman, sedangkan tanggal 24 dan 25 maret masih menikmati ramainya hari raya nyepi. Tapi aku berdoa semoga Sang Hyang Widhi mengabulkan doaku, akhirnya tanggal yang disesuaikan kampus benar-benar tidak terjadi dan diundur tanggal berikutnya.

Aku sangat bersyukur sekali bisa mengikuti prosesi rangkaian nyepi tanpa ada halangan. Tepat tanggal 18 maret 2012 acara melasti di bendungan siman berlangsung. Aku sangat menanti itu semua. Aku bersemangat sekali, bergegas siap-siap mempercantik diri , mengenakan kebaya yang sudah aku persiapkan sebelumnya. Aku merasa menjadi manusia yang paling bahagia. Aku merasa bersyukur bisa mengikuti acara melasti tanpa ada halangan sedikit pun. Tak lupa aku ucapakan rasa syukurku pada Sang Hyang Widhi. 'Awignamastu'.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Tepat tanggal 22 maret 2012 Tawur kasanga berlangsung. Aku menantinya dengan penuh suka cita. Tepat pukul 17.30 WIB aku siap-siap berangkat ke pura bersama poeper dan keluarganya. Aku tak pernah merasakan rasa berdebar-debar bahagaia seperti ini. jantungku berdebar semakin kencang, sampai aku tiba di depan pura. Aku memohon waranugraha dari sang hyang widhi sembelum memulai persembahyangan , agar tawur kasanga yang aku ikuti pertama kali ini berjalan lancar.

Persembahyangan dimulai, kedamaian dan kebahagiaan menyelimuti perasaanku. Aku merasa menangis bahagia. Selesai acara persembahyangan siap-siap mulai berkeliling desa memulai arak-arakan ogoh-ogoh. Rasa capekku tak terasa dan terbayarkan oleh kegembiraanku dan Aku sangat bahagia bisa diberi kesempatan dapat mengikuti prosesi tawur kasanga. Tepat jam 23.00 WIB daerah pura giri nata sudah mulai hening. Aku bergegas pulang kerumah poeper untuk istirahat sebentar, Aku tak sempat memikirkan sehabis prosesi tawur kasanga ini apa yang harus aku lakukan.Tapi aku memutuskan untuk tidur di tempat poeper dan ingin mengikuti pawasa selama 24 jam. Dalam hatiku berkata 'bisa nggak ya aku melakukan catur brata dan upawasa selama 24 jam'???? aku masih ragu karena belum pernah menjalani catur brata penyepian tanpa boleh keluar rumah dan melalukan apa-apa. Tapi aku yakinkan diriku kalau aku pasti bisa melakukan catur brata penyepian. Tepat pukul 00.00 WIB aku sembahyang agar keyakinanku untuk melakukan catur brata berjalan lancar.

23 Maret 2012 , aku memulai catur brata penyepian dimulai dari pukul 06.00 –06.00 WIB keesokkan harinya. Waktu terus berjalan aku merasa terbiasa melakukannya, sampai waktu menunjukkan pukul 15.00 WIB. Aku heran sekali kenapa aku tidak merasakan lapar ataupun lemas padahal aku sama sekali tidak melakukan aktifitas apa-apa, sedangkan puasa kalau di jalani dengan berdiam diri itu lapar dan lemasnya pasti terasa. Padahal sebelumnya aku menjalani puasa secara islam dahulu jam 15.00 WIB perut selalu merasakan lapar. Aku berfikir semuanya terletak pada keyakinanku. Aku merasa sangat bersyukur atas kekuatan yang sudah diberikan Sang Hyang Widhi kepadaku.

Keesokkan harinya ngembak geni berlangsung, aku merasakan kebahagiaan yang tak ternilai bisa dharma shanti dengan umat hindu di dalam pura giri nata. Kedamaian yang sangat berharga untuk aku peroleh.
Dari apa yang aku sampaikan ini semua tersusun rapi sesuai harapanku.Sang Hyang Widhi memberikan waranugraha yang bagiku sangat berharga. Setiap kejadian demi kejadian yang aku rasakan semua tak lepas dari keyakinanku untuk memeluk hindu. aku setiap saat bisa merasakan kedamaian.

Bisa menjadi manusia baru yang menemukan jati diri sesungguhnya. Aku bersyukur bisa diberikan karma yang indah di kehidupan sekarang. Semua ini tak lepas dari orang-orang disekalilingku yang mendukung aku bisa sampai seperti ini. Semua harapanku sudah tercapai dan masih 1 hal yang aku inginkan saat ini yakni ingin segera di 'SUDHI WADANI' . Tapi aku berusaha bersabar menanti waktu yang tepat. Tanpa rasa bosan kuucapakan rasa syukurku kepada Sang Hyang Widhi.

Tulisan ini aku persembahkan untuk Papa Mama dan poeper yang selalu menerangi hari-hariku. Terimakasih untuk Papa dan mama yang sangat aku sayangi. Terimakasih untuk poeper yang tak pernah bosan mendampingiku. Serta tak lupa untuk Bapak dan Ibu camerku yang selalu membimbingku selama ini.

Om shanti s

---------------------------

OM Shanti, Shanti, Shanti OM

1 komentar:

  1. Selamat menjalani kehidupan yang baru..
    Saya ingin bercerita, 1 tahun lalu saya mimpi bersembahyang, perasaan saya itu bersembahyang di Bali, kata kata yang saya ingat adalah "Sang Hyang Widhi". Kemudian setelah itu saya kadang bermimpi mengikuti acara dengan orang2 berbaju adat seperti di Bali, hingga ditunjukkan suatu tempat di Bali yang saya belum pernah mendengar sebelumnya, tapi pas saya cari digoogle tempat itu memang ada di Bali. Terakhir seminggu yang lalu saya bermimpi masuk ke suatu rumah di Bali, ada beberapa perempuan berkebaya warna kuning, ditempat itu ada pula payung payung putih dengan ukuran kecil. Disitu saya menghampiri seorang ibu yang berbaju kebaya kuning, lalu beliau mengusapkan seperti bubuk atau beras diatas kepala (ubun ubun) saya. Lalu beliau gosok gosokan sambil membaca mantra atau doa, kemudian dari kepala saya tersebut berjatuhan seperti daki (kotoran kotoran).. Besok pagi saya bangun perasaan dan hati menjadi lebih nyaman dan netral kembali.
    Sampai sekarang saya masih bertanya tanya mengapa saya kadang bermimpi yang terkait dengan kegiatan adat di Bali. Namun saya bersyukur diberi mimpi demikian karena mimpinya seakan memberi pesan dan kesan yang positif.
    Terimakasih..

    BalasHapus